KENYAMANAN KEHIDUPAN ITU SANGAT PERLU.
Sering mendengar kalimat “Kehidupan yang nyaman”. Apa yang terbayangkan
jika mendengar kalimat tersebut ?. Sebagian kita akan membayangkan kehidupan
yang “baik” tanpa adanya masalah yang “ribet” (kalaudi artinya kurang lebih seperti
istilah benang kusut). Terbayang “baik” proses kehidupan ; lahir – ada orang tua yang
ada yang muda dan ada anak anak yang mendampingi hingga sekolah bermain jadi dewasa bekerja atau usaha berkeluarga hingga punya anak, dan seterusnya tanpa mengalami
banyak masalah dan tetap setabil. Walaupun ada masalah namun bukanlah masalah
besar. Kehidupan normal sering diartikan hidup tanpa masalah berarti. Demikian
(menurut penulis) yang ada di pemikiran, kebanyakan orang selalu mengeluhkan
dengan keadaannya yang artinya kita kurang mensukuri nikmat yyang di berikan
Allah. Bahkan diri saya pun kerap “Ada masalah” dengan paradigma tersebut. Terkadang
saya berkata, “Kenapa sih kehidupan ku kok begini lagi banyak masalah yang
bikin kepala gua mau pecah, ingin rasanya ngejalanin hidup
yang nyaman seperti
orang lain”. Dengan berkata seperti itu saya telah menghakimi diri saya
sendiri, tanpa saya sadari paradigma seperti itu membawa saya pada proses
pelemahan mental dan merendahkan kadar kebijaksanaan yang kurang mandiri.
Menurut pendapat saya
saat ini, yang namanya hidup nyaman tidak sama untuk semua orang. Saya
mendefinisikan hidup nyaman sebagai kehidupan yang positif. Apapun yang kita
alami; senang, susah, tawa, tangis dan berbagai macam perasaan lainnya jika
kita mampu meningkatkan kualitas diri, mampu mengambil hikmah dari tiap
kejadian yang kita alami maka kita telah menjalani kehidupan yang positif, kita
telah hidup yang nyamanl. Dengan definisi tersebut orang yang kehidupannya “nyaman”
menurut pandangan orang banyak belum tentu menjalani hidup yang nyaman jika
orang tersebut tidak mampu meningkatkan kualitas maupun kebijaksanaan dirinya.
Dan orang yang nampak menjalani kehidupan “tidak nyaman” dalam pandangan umum
(karena banyak mengalami “perubahan-perubahan iklim” yang ekstrim dalam
hidupnya) belum tentu tidak menjalani kehidupan normal jika ia mampu
memperbaiki kualitas dan kebijaksanaan dirinya.
Nah jika definisi
secara positif kehidupan nyaman tersebut kita sepakati
maka mulai sekarang mari bersama-sama berkata, “Hidup kita nyamanl”. Dengan pernyataan
tersebut, dengan sikap jiwa yang positif kita menstimuluskan diri kita untuk
senantiasa tenang dan siap dalam menghadapi berbagai macam “iklim kehidupan”.
Dengan ketenangan dan kesiapan
jiwa maka secara psikologis proses pencarian berbagai alternatif penyelesain
masalah akan berjalan baik, semoga kita dapat tepat menentukan pilihan dari
berbagai alternatif yang ada. Jika sudah demikian maka kita akan senantiasa
berproses untuk menjadi manusia yang bijaksana dan menjadi manusia yang loyalitasnya tinggi. Karena menurut saya
yang namanya manusia bijaksana itu tidak berbicara sekalipun orang lain sudah
tahu. Lagi pula semakin kita bijak, semakin tenang dan “pendiam” dan makin bisa mengkoreksi diri kita sendiri.
Kalau kita perhatikan seperti gambar kehidupan di suatu pedesaan yang
nyaman dan asri
KENYAMANAN KEHIDUPAN ITU SANGAT PERLU.
Sering mendengar kalimat “Kehidupan yang nyaman”. Apa yang terbayangkan
jika mendengar kalimat tersebut ?. Sebagian kita akan membayangkan kehidupan
yang “baik” tanpa adanya masalah yang “ribet” (kalaudi artinya kurang lebih seperti
istilah benang kusut). Terbayang “baik” proses kehidupan ; lahir – ada orang tua yang
ada yang muda dan ada anak anak yang mendampingi hingga sekolah bermain jadi dewasa bekerja atau usaha berkeluarga hingga punya anak, dan seterusnya tanpa mengalami
banyak masalah dan tetap setabil. Walaupun ada masalah namun bukanlah masalah
besar. Kehidupan normal sering diartikan hidup tanpa masalah berarti. Demikian
(menurut penulis) yang ada di pemikiran, kebanyakan orang selalu mengeluhkan
dengan keadaannya yang artinya kita kurang mensukuri nikmat yyang di berikan
Allah. Bahkan diri saya pun kerap “Ada masalah” dengan paradigma tersebut. Terkadang
saya berkata, “Kenapa sih kehidupan ku kok begini lagi banyak masalah yang
bikin kepala gua mau pecah, ingin rasanya ngejalanin hidup
yang nyaman seperti
orang lain”. Dengan berkata seperti itu saya telah menghakimi diri saya
sendiri, tanpa saya sadari paradigma seperti itu membawa saya pada proses
pelemahan mental dan merendahkan kadar kebijaksanaan yang kurang mandiri.
Menurut pendapat saya
saat ini, yang namanya hidup nyaman tidak sama untuk semua orang. Saya
mendefinisikan hidup nyaman sebagai kehidupan yang positif. Apapun yang kita
alami; senang, susah, tawa, tangis dan berbagai macam perasaan lainnya jika
kita mampu meningkatkan kualitas diri, mampu mengambil hikmah dari tiap
kejadian yang kita alami maka kita telah menjalani kehidupan yang positif, kita
telah hidup yang nyamanl. Dengan definisi tersebut orang yang kehidupannya “nyaman”
menurut pandangan orang banyak belum tentu menjalani hidup yang nyaman jika
orang tersebut tidak mampu meningkatkan kualitas maupun kebijaksanaan dirinya.
Dan orang yang nampak menjalani kehidupan “tidak nyaman” dalam pandangan umum
(karena banyak mengalami “perubahan-perubahan iklim” yang ekstrim dalam
hidupnya) belum tentu tidak menjalani kehidupan normal jika ia mampu
memperbaiki kualitas dan kebijaksanaan dirinya.
Nah jika definisi
secara positif kehidupan nyaman tersebut kita sepakati
maka mulai sekarang mari bersama-sama berkata, “Hidup kita nyamanl”. Dengan pernyataan
tersebut, dengan sikap jiwa yang positif kita menstimuluskan diri kita untuk
senantiasa tenang dan siap dalam menghadapi berbagai macam “iklim kehidupan”.
Dengan ketenangan dan kesiapan
jiwa maka secara psikologis proses pencarian berbagai alternatif penyelesain
masalah akan berjalan baik, semoga kita dapat tepat menentukan pilihan dari
berbagai alternatif yang ada. Jika sudah demikian maka kita akan senantiasa
berproses untuk menjadi manusia yang bijaksana dan menjadi manusia yang loyalitasnya tinggi. Karena menurut saya
yang namanya manusia bijaksana itu tidak berbicara sekalipun orang lain sudah
tahu. Lagi pula semakin kita bijak, semakin tenang dan “pendiam” dan makin bisa mengkoreksi diri kita sendiri.
Kalau kita perhatikan seperti gambar kehidupan di suatu pedesaan yang
nyaman dan asri
Indah sang kakek yang mendampingi cucu nya
sambil memegang ikatan kerbau tatkala
sang cucu menanyakan bagai mana cerita yang ada dalam dongeng anatara kancil
dan buaya. Sikakek pun sambil menjelaskan dengan suara yang terbata bata, dan
cucu nya pun serius mendengarkan kisah yang di lontarkan nya kakek sambil
tersenyum dan sekali kali kakek menneguk air putih yang di bawanya dari rumah
yang untuk menghilangkan rasa dahaga.
Indah sang kakek yang mendampingi cucu nya
sambil memegang ikatan kerbau tatkala
sang cucu menanyakan bagai mana cerita yang ada dalam dongeng anatara kancil
dan buaya. Sikakek pun sambil menjelaskan dengan suara yang terbata bata, dan
cucu nya pun serius mendengarkan kisah yang di lontarkan nya kakek sambil
tersenyum dan sekali kali kakek menneguk air putih yang di bawanya dari rumah
yang untuk menghilangkan rasa dahaga.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments